Rabu, 31 Desember 2008

Pekan Suci 2008


Pekan Suci 2008 menjadi sesuatu yang baru bagi PIA dan PIR. Pada Jumat Agung mereka diberi kesempatan untuk menampilkan visualisasi Jalan Salib ala PIA dan PIR. Meski hanya berlatih beberapa kali dan kerap ‘bolong-bolong’ karena pemain tidak komplit, mereka tetap berusaha menampilkan visualisasi dengan baik. “Ri, nanti kalo pas mukul yang beneran ya,” kata Ade yang berperan sebagai Yesus kepada Ari, temannya yang memerankan tentara Romawi.

Saat visualisasi berlangsung, banyak umat yang merasa tersentuh dengan penampilan PIA dan PIR. Mereka dengan setia mengikuti dari satu perhentian ke perhentian, peristiwa ke peristiwa, dengan tekun dan khidmat. Yesus diadili di hadapan Pilatus. Yesus didera, dicambuk dan dipukuli. Yesus jatuh di bawah salib. Yesus bertemu dengan ibunya. Yesus bertemu dengan wanita-wanita yang menangis. Wajah Yesus diusap oleh Veronika. Yesus ditolong Simon dari Kirine. Yesus dipaku di kayu salib. Yesus wafat di kayu salib. Hingga pemakaman Yesus. Beberapa nampak meneteskan air mata, terharu melihat beratnya beban yang harus ditanggung Yesus.

Dari para pemeran sendiri ternyata menghadapi satu tantangan yang berat saat melakukan visualisasi. Mereka harus berjibaku dengan ‘ulat-ulat’ pohon pinus yang banyak bergelantungan. Tak ayal beberapa pemeran harus menjadi korban. Tubuh mereka gatal-gatal dan ‘bentol-bentol’ tak karuan. Namun ternyata hal itu tidak mengurangi kegembiraan yang mereka rasakan. Kegembiraan karena sudah memberikan yang terbaik untuk umat.

Hari minggunya, 23 Maret 2008, Misa Paskah Keluarga dilaksanakan pukul 08.30. Diawali perarakan putra altar, pemeran visualisasi, prodiakon, lektor serta Romo Herman didampingi Frater D. Sukristiono. Sesampai di pintu utama gereja dinyalakan sebatang lilin paskah besar, yang kemudian dibawa memasuki gereja dan diletakkan di altar.

Visualisasi Paskah kali ini tidak menceritakan kisah sengsara Yesus hingga wafat dan kebangkitannya melainkan cerita tentang upaya pelestarian alam sesuai tema Paskah 2008. Ada yang memerankan pohon dan bunga-bunga. Ada juga yang berperan sebagai monyet. Sementara beberapa yang lain memerankan para penebang pohon.

Setelah Misa di gereja selesai, perayaan Paskah dilanjutkan di aula SMP Domenico Savio. Inti perayaan adalah bersama-sama menghias telur paskah yang nantinya akan ditukar satu dengan yang lain. Dengan tidak sabar, anak-anak yang hadir segera berebut telur dan bahan-bahan hiasan. Mereka ingin cepat-cepat menghias telur dan menikmati hasilnya.

Tak terasa hari sudah beranjak siang. Tanpa membuang waktu, panitia segera menutup acara Perayaan Paskah. Setelah doa penutup oleh Romo Herman, acara ditutup dengan pembagian bingkisan dan telur paskah untuk anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar