Rabu, 06 Mei 2009

Kunjungan ke Panti Wreda


Minggu pagi, 26 April, cuaca begitu cerah. Hari ini, kami, Tim Kerja Pendampingan Iman Anak (PIA) dan Tim Kerja Lektor akan mengadakan kunjungan ke Panti Wreda Rindang Asih I yang beralamat di Jl. Rindang Asih No. 14, Dliwang, Ungaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan rasa berbagi, kebersamaan serta kekeluargaan antara pendamping anak, anak yang didampingi, lektor dengan para penghuni panti.

Setelah berdoa bersama dipimpin oleh Romo Sugiyana, Pr dan mendapat berkat agar selamat dalam perjalanan, kami berangkat dengan menggunakan 1 bus besar, dan 2 mobil. Jumlah yang ikut serta dalam kegiatan ini sebanyak 67 orang.

Setibanya di Panti Wreda, kami disambut dengan penuh kehangatan dan kegembiraan oleh para penghuni panti. Mereka berjumlah 31 orang yang rata-rata berusia 67 tahun dan semuanya nenek-nenek. Untuk kamar dibagi menjadi 3 ruang yaitu ruang A.VIP, ruang B kelas II, dan ruang C bangsal. Pengurus panti berjumlah 15 orang dan masing-masing dibagi dalam shif kerja. “Mereka dititipkan karena anak-anak atau keluarga mereka bekerja di luar kota. Setiap sebulan sekali mereka memberi uang sebagai ungkapan terima kasih karena telah merawat ibu dan nenek mereka meski jumlahnya tidak seberapa. Jika ada yang meninggal maka jenasahnya dipulangkan kembali kepada keluarganya,” jelas Ibu Santi.

Dengan dipandu mbak Herlin dan Fifi yang bertugas sebagai MC, acara demi acara berlangsung dengan penuh semangat dan keceriaan. Anak-anak PIA, perwakilan dari lektor maupun para nenek, bergantian mengisi atraksi, baik dengan menari, menyanyi maupun bercerita. Ternyata tubuh yang renta bukan halangan bagi mereka untuk ikut berjoget. Mereka justru merasa senang karena mendapat kunjungan seperti ini. Di akhir acara, kami menyerahkan paket bingkisan berupa kipas bambu, handuk kecil, sabun mandi dan minyak kayu putih kepada penghuni panti. Selain itu, kami juga menyumbangkan lampu emergency, gula pasir, selimut, pengharum pakaian, sabun cuci, pampers orangtua, kecap, minyak goreng, sabun mandi, pasta gigi, susu serta beberapa roti.

Setelah saling mengucapkan terima kasih dan bersalam-salaman, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Taman Unyil untuk makan siang sambil melepas lelah. Setelah perut terisi dan lelah menghilang, kami segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang.
(rachel)

Jumat, 17 April 2009

Egg Adventure yang Gagal


Minggu pagi, 12 April, udara terasa sejuk dan cuaca begitu cerah. Di taman, di samping gereja telah dipersiapkan pernak-pernik untuk perayaan Paskah yang akan dilaksanakan seusai misa. Ada rangkaian benang yang dijalin menjadi satu, menjadi background tulisan ’Egg Adventure’. Ada tangga yang berdiri tegak di samping pohon pinus. Tenda kemah yang terpasang di dalam taman, tali-temali dan rangkaian tema Paskah ’KEBANGKITAN KRISTUS MENINGKATKAN IMAN ANAK dan REMAJA’, yang tergantung indah di antara pepohonan. Semuanya tampak begitu semarak.

Sementara di tempat lain, Romo, Prodiakon, Putra Altar dan para petugas Misa Paskah Keluarga tengah bersiap-siap mengikuti perarakan menuju ke dalam gereja. Tepat pukul 08.30 misa dimulai.

Petugas koor yang terdiri dari anak-anak dengan didampingi beberapa pendamping, tampak penuh semangat menyanyikan lagu-lagu selama misa berlangsung. Kegembiraan semakin terasa saat visualisasi Kebangkitan Kristus. Tanpa dikomando, anak-anak yang sebelumnya berada di bangku umat, beramai-ramai maju ke depan. Visualisasi kali ini dibawakan oleh anak-anak SD Bernardus dengan sangat ’apik’. Ada tari-tarian, gerak dan dialog yang sudah didubbing, dengan balutan kostum warna-warni yang begitu indah.

Saat hendak memulai homilinya, Romo Kris (panggilan akrab Romo Materius Kristiyanto) mengajak umat untuk bertepuk tangan. Satu kali, tanda cinta akan Tuhan, dua kali cinta ayah dan tiga kali cinta ibu. Setelah itu, romo memanggil seorang anak untuk maju ke depan. Beliau kemudian bertanya kepada anak itu, ”sebenarnya yang istimewa dari perayaan Paskah itu apa?” Dengan lugas, Rafael (nama anak itu) menjawab, ”Yesus yang bangkit.” Benar, Paskah adalah hari kebangkitan Tuhan. Dan biasanya, untuk menandakan Yesus yang sudah bangkit selalu ada Lilin Paskah. Selain itu, ada satu keunikan lagi dalam perayaan Paskah yaitu diadakannya pembaharuan janji babtis.

Romo Kris mengucapkan terima kasih kepada para orang tua yang telah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk duduk di depan. Karena dengan begitu, mereka dapat berkontemplasi/mengalami pengalaman iman secara langsung dan perasaan yang berkesan karena bersentuhan dengan lilin paskah, visualisasi dll. Harapannya dengan pengalaman seperti ini, memberi peluang semakin tumbuh berkembangnya iman dalam diri anak.

Usai misa, seperti yang sudah direncanakan, akan diadakan petualangan untuk mencari telur-telur Paskah. Mencari, tidak hanya sekedar mengumpulkan telur sebanyak-banyaknya tetapi yang paling penting adalah melaksanakan tugas yang akan diberikan. Namun, kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan. Semua berawal ketika pintu gereja sebelah samping yang tertutup, langsung dibuka begitu misa usai, padahal petugas di pos-pos petualangan belum siap. Bapak-ibu dan anak-anak, segera menghambur, beramai-ramai, dan saling berebut, mencari telur-telur yang disembunyikan. Ketika situasi semakin tidak terkendali, koordinator acara berusaha menenangkan mereka dan menghimbau agar mereka bisa tertib dan mau bekerjasama dengan panitia. Namun semuanya sudah terlambat. Akhirnya, untuk menghindari situasi yang semakin kacau, panitia kemudian membagikan bingkisan Paskah yang memang sudah ditunggu-tunggu.

Misa Minggu ke-5

Minggu, 29 Maret, Tim Kerja Pendampingan Iman Anak (PIA) dan Pendampingan Iman Remaja (PIR), mengadakan misa olahan Minggu ke-5 pada pukul 08.45. Misa ini merupakan salah satu program kerja yang sudah direncanakan oleh Tim Kerja PIA.

Meski sudah diumumkan oleh para pendamping PIA dan PIR dan sudah disediakan tempat duduk di deretan depan khusus untuk anak-anak, ternyata hanya beberapa anak saja yang berani melakukannya. Tentu hal ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi panitia karena ternyata kebanyakan anak-anak takut berpisah dengan orangtuanya. Padahal harapannya dengan duduk di depan, anak-anak dapat mengikuti perayaan ekaristi dari awal hingga akhir dengan lebih kusyuk dan mendalam.

Menurut Romo Kendar dan Romo Sugi, kesan misa olahan khas anak-anak belum nampak karena masih banyak anak yang bermain di luar gereja. Para orang tua pun juga belum secara aktif melibatkan anak dalam perayaan ekaristi. Lebih lanjut Romo Kendar memberikan beberapa alternatif sebagai langkah perbaikan yang nantinya bisa dilakukan untuk misa olahan minggu ke-5 selanjutnya.

Minggu, 01 Maret 2009

Minggu Prapaskah I

Minggu ini adalah Minggu Prapaskah I. Kak Ninik cs yang kali ini mendapat giliran mendampingi kegiatan PIA di gereja memberikan penjelasan tentang artinya memasuki Masa Prapaskah. Bagaimana harus melaksanakan Puasa dan Pantang. Selanjutnya dibagikan lampion kepada anak-anak untuk digunakan sebagai kotak APP. Diharapkan anak-anak dapat menyisihkan sebagian uang jajannya untuk dimasukkan dalam lampion ini sebagai wujud kegiatan Puasa dan Pantang.

Minggu ini anak-anak juga mulai berlatih nyanyi untuk persiapan tugas koor Misa Minggu ke-5 pada tgl. 29 Maret nanti. Tugas ini akan dilaksanakan bersama dengan para pendamping PIR Katedral.

Minggu, 08 Februari 2009

Pohsarang, Kami Datang...


Sabtu-Minggu, 7-8 Pebruari, kami mengadakan Wisata Rohani ke Gua Maria Pohsarang, Kediri. Rombongan kami berjumlah 42 orang terdiri dari Pendamping PIA, Pendamping PIR dan rekan-rekan lain yang pernah terlibat dalam berbagai kegiatan PIA dan PIR di tahun 2008 lalu. Wisata Rohani ini merupakan wujud syukur atas keberhasilan kami (para pendamping PIA dan PIR) dalam mengisi dan melalui tahun 2008 sebagai Tahun Anak dan Remaja dengan berbagai kegiatannya.

Awal keberangkatan kami ditandai dengan hujan yang begitu lebat. Setelah berdoa bersama dan mendapat berkat peneguhan dari Romo Kendar (terimakasih Romo sudah meluangkan waktu untuk kami…) dan menyempatkan diri berfoto bersama dengan beliau, kami segera berangkat menuju tempat tujuan. Pohsarang, kami datang…, begitu mungkin jerit hati kami malam itu.

Perjalanan di tengah gulita malam ternyata tidak begitu kami rasakan. Pukul 04.15 kami tiba di Pohsarang. Setelah beristirahat sejenak di pelataran Gereja Pohsarang, tepat pukul 05.30 kami mengadakan Jalan Salib. Jalan Salib dipimpin oleh Pak Giri dengan Mbak Dina sebagai pemimpin lagu dan kami secara bergantian membacakan kutipan-kutipan Kitab Suci pada perhentian-perhentian yang kami lalui. Suasana pagi dengan udara yang begitu segar, di tengah hamparan pohon-pohon yang menghijau ditingkah cericit burung yang begitu gembira menyambut pagi juga suara gemericik air, mengiringi perjalanan Jalan Salib kami. Semua tampak kusyuk. Semua begitu khitmad mengikuti perhentian demi perhentian yang tersaji begitu hidup karena berupa patung-patung seukuran manusia yang menggambarkan adegan-adegan jalan salib.

Setelah mandi, makan pagi dan berfoto bersama di depan Gereja Pohsarang dengan suasana hati yang begitu gembira, kami melanjutkan perjalanan ke Telaga Sarangan. Di tempat ini kami menikmati suasana telaga (danau) dengan berbagai aktivitas. Ada yang menyewa speedboat. Ada yang menyewa kuda untuk mengelilingi telaga. Namun tak sedikit pula dari kami yang hanya berjalan-jalan sambil memilih oleh-oleh yang akan kami bawa pulang. Setelah berpuas diri di tempat ini, pukul 17.00 kami melanjutkan perjalanan kembali ke Semarang.

Proficiat untuk rekan-rekan yang telah mempersiapkan kegiatan Wisata Rohani ini. Terima kasih pula untuk semua saja yang telah menyempatkan diri mengikutinya. Semoga apa yang sudah kita lalui dan rasakan bersama sungguh memberikan kesegaran baru untuk pelayanan kita selanjutnya. Sekali lagi terima kasih. Berkah Dalem.

Minggu, 01 Februari 2009

Not For Less


Seorang wanita muda bernama Wei datang ke sebuah desa terpencil. Ia tergiur iming-iming uang 50 dollar dari pak Kepala Desa untuk menggantikan tugas pak Kao, mengajar anak-anak desa yang miskin. Sebelum pergi, pak Kao berpesan kepada Wei agar menjaga murid-muridnya jangan sampai berkurang lagi jumlahnya.

Wei tidak memiliki kemampuan apa-apa. Untuk menyanyi saja ia sering lupa. Setiap hari ia hanya menulis di papan tulis dan menyuruh murid-muridnya untuk menyalin pelajaran seperti yang sudah ditulisnya di papan tulis. Setelah itu ia keluar kelas dan tidak mempedulikan lagi murid-muridnya. Hingga suatu saat, ketika salah seorang muridnya (yang paling bandel) tidak masuk kelas karena harus pergi ke kota untuk bekerja, Wei tergerak hatinya. Ia teringat pesan pak Kao. Dengan segala upaya ia berusaha mencari uang untuk menyusul muridnya ke kota dan membawanya pulang kembali. Bersama murid-murid yang lain, Wei menjadi buruh angkut batu bata. Namun karena uang yang didapat hanya sedikit, Wei akhirnya nekat pergi ke kota dengan berjalan kaki.

Sampai di kota Wei sempat kebingungan mencari alamat muridnya tersebut. Ketika alamat itu ditemukan, kesulitan kembali menghadang Wei. Ternyata murid tersebut, telah menghilang pada hari pertama kedatangannya ke kota. Dengan segala upaya Wei berusaha mencari sang murid. Meminta tolong orang untuk mengumumkan di radio, menulis berlembar-lembar selebaran hingga pagi buta hingga kenekatannya untuk menemui seorang direktur tv. Semua dilakukannya dengan penuh kesungguhan dan keteguhan. Akhirnya sang direktur tergerak hatinya dan menjadikan Wei bintang tamu dalam acara ‘Pelangi Hidup’ untuk menceritakan keadaan pendidikan di desa. Semula Wei tidak bisa berkata-kata. Ia gugup. Dengan berlinang air mata, ia menceritakan semuanya sambil menitipkan pesan kepada sang murid untuk mau kembali ke desa. Dan kemudian semuanya berakhir bahagia. Guru Wei kembali menemukan muridnya yang hilang. Mereka bisa kembali ke desa dengan diiringi kru tv dan berbagai bantuan untuk sekolah di desa.

Demikian cerita film ‘Not For Less’ yang siang itu (1 Pebruari) ditonton oleh para pendamping PIA di pastoran lantai atas. Meski yang hadir hanya sedikit, tetapi tidak mengurangi kegembiraan dan kekompakan para pendamping yang hadir. Mereka begitu menikmati dan beberapa bahkan ada yang terharu menyaksikan perjuangan guru Wei.

Dari cerita film ini ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan bagi para pendamping khususnya yang berkaitan dengan kegiatan Pendampingan Iman Anak. Catatan-catatan tersebut antara lain:
• Bekerja dengan penuh kesungguhan, jujur dan bertanggung jawab.
• Mencintai dengan sungguh-sungguh.
• Berusaha sekuat tenaga walau apapun rintangan yang dihadapi

Nah, untuk rekan-rekan pendamping, selamat bekerja di ladang Tuhan. Mari kita dampingi adik-adik kita dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab. Mari kita bimbing mereka dalam kehangatan kasih. Dan mari kita hadapi bersama segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk bersekutu denganNya. Percayalah, walau kita tidak mempunyai bekal apa-apa, pasti Tuhan yang akan memampukan kita untuk saling memberi berkat dalam mewartakan ajaranNya.

Jumat, 30 Januari 2009

Rekoleksi dan Perekrutan Pendamping PIA


Seru, lucu, dan banyak aktifitas. Begitulah gambaran kegiatan Rekoleksi dan Perekrutan Pendamping PIA yang dilaksanakan pada tanggal 25-26 Januari di area Gua Maria Kerep Ambarawa. Meski hanya diikuti oleh 18 peserta dari 8 lingkungan dan 6 orang pendamping PIA Paroki, namun seluruh acara dapat berlangsung dengan baik.

Diawali dengan animasi sebagai pemanasan yang membuat peserta bergembira. Kemudian dilanjutkan perkenalan dalam kelompok. Ada kelompok Kepompong, Pia-Pia, Keluarga Cemara dan Lumanti (Lucu, Manis tak Tertandingi). Masing-masing kelompok berusaha memperkenalkan anggota kelompoknya dengan gaya-gaya dan penampilan yang menarik, yang kadang membuat kelompok lain terpingkal-pingkal.

Setelah makan malam, acara memasuki sesi pertama yang mengupas seluk-beluk mengenai PIA. Apa tugas-tugasnya. Kedudukannya dalam kepengurusan Dewan Paroki. Keberadaan di tingkat Vikep yang terbagi dalam rayon-rayon dan spiritualitas PIA. Dimana seorang pendamping yang memberikan pelayanan kepada anak hendaknya menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk mewartakan kabar sukacita Tuhan. Lalu, siapakah yang harus menjadi pendamping itu? Kita semua yang merasa terpanggil. Maukah kita menjawab panggilan itu dengan mengatakan, “INI AKU, UTUSLAH AKU”? Tidak mudah memang karena dibutuhkan kesadaran sebagai tanggapan atas cinta kasih Tuhan. Lalu, apa yang dilakukan oleh pendamping selaku guru bagi anak? Pertama adalah mengajar (Ul 11:19) lalu memberitakan Injil (Mat 78:6), berdoa bagi anak didik (Ef 6:23), belajar (1Tim 3:6), menggembalakan (1Ptr 5:2), menjadi teladan (1Tim 3:12) dan menjadi pelindung (Why 3:9). Setiap pendamping diharapkan menjadi bijaksana ketika menghadapi anak-anak yang unik. Mau menjadi seperti anak kecil yang polos dan apa adanya serta konsisten bahwa apa yang dikatakan itulah yang kemudian dilakukan. Satu hal yang harus disadari bahwa Tuhan tidak menunggu kita sempurna tetapi bagaimana kesiapan kita dalam memberi pelayanan.

Kegiatan malam itu diakhiri dengan renungan malam. Dalam balutan cahaya lilin yang menerangi kegelapan, semua tampak kusyuk di dalam lantunan doa. Setelah itu masing-masing beristirahat.

Pagi hari. Udara begitu sejuk. Usai mandi dan makan pagi kami kembali berkumpul di ruangan. Setelah renungan pagi kami memasuki sesi kedua yaitu aktivitas, gerak lagu dan permainan. Untuk menyegarkan suasana, kami mencari tempat lain. Jika sebelumnya berada dalam ruangan, kini kami berkumpul dalam ruang terbuka dengan aneka pemandangan dan suasana yang segar. Dalam aktivitas, kami bersama-sama membuat gereja kecil dari kertas origami dan burung merpati dari alas roti dan stick es cream. Semua tampak tekun melakukan aktivitas ini. Ada yang melipat dengan hati-hati, memperhatikan Kak Ningsih yang memberi pengarahan, ada yang menggunting juga ada yang nampak bengong, tak tahu apa yang dilakukan.

Suasana berubah menjadi cukup ramai ketika tiba pada acara permainan. Masing-masing kembali pada kelompok dan berusaha berkompetisi dengan ‘fair’. Ada permainan YUYU KANGKANG dan BAHTERA NABI NUH. Dalam masing-masing permainan setiap orang dituntut untuk saling mengembangkan kerjasama, peka terhadap situasi, sabar dan tidak mudah menyerah dan senantiasa bersyukur ketika rintangan/halangan dilewati (bisa diselesaikan).

Setelah itu acara tiba pada sesi ketiga yaitu pendalaman materi dan praktek pengajaran. Di sini kami dibekali dengan masalah psikologi anak yang mengupas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak dan hubungannya dengan langkah pendampingan yang akan diambil. Pada sesi ini kami juga dikuatkan oleh kehadiran Romo Herman. Beliau mengajak kami untuk menyadari bahwa Tuhan sudah begitu mengasihi kita. Ia sudah memberikan begitu banyak berkat berlimpah berupa sukacita, kebersamaan dan kegembiraan. Dan kita dipanggil untuk membagikan berkat itu kepada orang lain terutama untuk anak-anak. Tak perlu berkecil hati jika kita merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa tapi percayalah bahwa Tuhan akan memampukan kita. Sebab hidup adalah berkat, panggilan dan perutusan.

Acara berlanjut pada praktek pengajaran yang divisualisasikan oleh masing-masing kelompok. Saat satu kelompok mengajar, kelompok yang lain ‘mengojlok’ dengan menjadi anak-anak yang bandel. Di sini muncul kelucuan-kelucuan yang membuat kami terpingkal-pingkal hingga sakit perut karenanya.

Setelah masing-masing kelompok memberikan penampilan terakhir untuk Romo Herman, pemberian kenang-kenangan untuk Romo Herman oleh Kak Any selaku Koordinator PIA Paroki dan berfoto bersama, seluruh acara Rekoleksi dan Perekrutan Pendamping PIA berakhir. Proficiat kepada seluruh panitia. Terima kasih untuk seluruh peserta yang telah meluangkan waktu mengikuti acara ini. Terima kasih untuk Romo Herman. Semoga apa yang sudah dirasakan, diterima, dinikmati dan digeluti selama kegiatan ini semakin menambah wawasan kami dalam kegiatan pendampingan iman anak baik di lingkungan, wilayah maupun paroki. Berkat Tuhan melimpah.

Minggu, 04 Januari 2009

Penyusunan Kurikulum PIA 2009


Melakukan sesuatu yang baru seringkali bukanlah perkara yang mudah bahkan cenderung terasa sangat sulit. Demikian juga yang kami rasakan saat berusaha menyusun kurikulum untuk Pendampingan Iman Anak tahun 2009. Hampir satu setengah jam kami saling terlibat adu argumentasi, memberikan ide, masukan, ataupun saran untuk merancang kurikulum yang terbaik. Namun kami malah tetap berputar-putar di tempat. Ternyata untuk melewati satu minggu saja terasa begitu sulit. Apalagi kurikulum yang harus kami selesaikan adalah untuk satu tahun pendampingan. Akhirnya, kami sepakat untuk membagi diri dalam kelompok. Ada delapan orang di antara kami yang terbagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing diserahi 3 bulan (dipilih secara acak) untuk dirancang dan dibuatkan kurikulumnya.

Hampir 3 jam kami terlibat dalam diskusi seru dalam kelompok. Membaca kutipan ayat Kitab Suci, mencari tema dan menetapkan tujuan, membuat doa dan mencari lagu-lagu pendukung, hingga menetapkan aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Semuanya kami bicarakan dalam suasana ‘sersan’, serius tetapi santai. Akhirnya, satu demi satu kelompok telah menyelesaikan tugasnya. Dan karena telah mendekati tengah malam (beberapa diantara kami sudah ngantuk berat) kami sepakat untuk beristirahat.

Pagi harinya, setelah mandi (dengan air yang begitu dingin), kami mengawali kegiatan dengan doa bersama. Setelah itu kami mencari pengisi perut untuk menyegarkan jasmani kami. Selesai makan pagi, kami segera bergegas mencari tempat untuk kembali berkumpul bersama. Mendiskusikan hasil-hasil pembicaraan kami semalam. Masing-masing kelompok kemudian melaporkan rancangan mereka untuk kurikulum PIA sesuai bulan yang sudah ditetapkan. Satu demi satu secara urut dan jelas. Sementara kelompok yang menjadi pendengar memberikan ide-ide dan masukan untuk penyempurnaan. Ternyata, atas bimbingan Tuhan dan perkenanNya, hal yang awalnya tampak begitu sulit, kini menjadi lancar bagi kami. Memang, masih banyak kekurangan di sana-sini, namun kami berjanji untuk kembali bertemu guna semakin melengkapi dan menyempurnakan kurikulum yang kami susun pada kesempatan yang lain.

Sebelum meninggalkan Gua Maria Kerep Ambarawa untuk kembali ke Semarang, kami menyempatkan diri foto-foto bersama untuk kenang-kenangan. Makam Yesus, Danau Galilea dan Perjamuan Kana menjadi latar favorit bagi kami.

Akhirnya, terima kasih atas dukungan rekan-rekan. Terima kasih karena telah berkenan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga. Semoga apa yang telah kita hasilkan ini dapat kita laksanakan untuk semakin memperkembangan PIA di Paroki kita. Berkat Tuhan melimpah. Amin.

Jumat, 02 Januari 2009

Bersih-Bersih Ruang PIA


Awal Tahun Baru. Semangat baru dan niat yang baru. Demikian semboyan yang diusung oleh beberapa rekan pendamping PIA pada kegiatan malam ini. Mereka bersama-sama bekerja bakti membersihkan ruangan PIA yang tampak bagai kapal pecah. Di sana-sini berserakan kertas-kertas pembungkus kado sisa perayaan natal kemarin. Belum lagi beberapa snack dan permen yang masih tertinggal. Sementara di pojok yang lain, masih banyak properti pendukung kegiatan PIA yang menunggu untuk disentuh dan dibersihkan.

Merapikan sana-sini. Menata berbagai barang dan memasukkannya ke dalam kardus. Menyimpan buku-buku dan peralatan tulis lainnya ke dalam lemari terpisah. Membuang barang-barang yang sudah rusak dan tidak terpakai. Melipat tikar. Menyapu lantai kemudian mengepel hingga bersih. Semuanya dilaksanakan dengan penuh keceriaan dan semangat kerjasama yang begitu tinggi.

Nah, kini ruangan PIA sudah tertata rapi dan terlihat bersih. Saatnya kita memulai lagi kegiatan Pendampingan Iman Anak dengan semangat baru, niat baru dan harapan baru untuk selalu memberikan yang terbaik dan sepenuh hati bagi pelayanan kepada anak-anak. Berkat Tuhan Melimpah.

Kamis, 01 Januari 2009

Rencana Kegiatan Tahun 2009

* 3 - 4 Januari Penyusunan Kurikulum Sekolah Minggu di Gua Maria Kerep Ambarawa

* 25 - 26 Januari Rekoleksi Perekrutan Pendamping PIA di Gua Maria Kerep Ambarawa

* tiap 6 bulan sekali Anjangsana PIA antar wilayah se-Paroki

* 12 April Perayaan Paskah Keluarga

* Mei Kunjungan Kasih ke Panti Jompo Rindang Asih Ungaran

* 25 Desember Perayaan Natal Keluarga