Minggu, 08 Februari 2009

Pohsarang, Kami Datang...


Sabtu-Minggu, 7-8 Pebruari, kami mengadakan Wisata Rohani ke Gua Maria Pohsarang, Kediri. Rombongan kami berjumlah 42 orang terdiri dari Pendamping PIA, Pendamping PIR dan rekan-rekan lain yang pernah terlibat dalam berbagai kegiatan PIA dan PIR di tahun 2008 lalu. Wisata Rohani ini merupakan wujud syukur atas keberhasilan kami (para pendamping PIA dan PIR) dalam mengisi dan melalui tahun 2008 sebagai Tahun Anak dan Remaja dengan berbagai kegiatannya.

Awal keberangkatan kami ditandai dengan hujan yang begitu lebat. Setelah berdoa bersama dan mendapat berkat peneguhan dari Romo Kendar (terimakasih Romo sudah meluangkan waktu untuk kami…) dan menyempatkan diri berfoto bersama dengan beliau, kami segera berangkat menuju tempat tujuan. Pohsarang, kami datang…, begitu mungkin jerit hati kami malam itu.

Perjalanan di tengah gulita malam ternyata tidak begitu kami rasakan. Pukul 04.15 kami tiba di Pohsarang. Setelah beristirahat sejenak di pelataran Gereja Pohsarang, tepat pukul 05.30 kami mengadakan Jalan Salib. Jalan Salib dipimpin oleh Pak Giri dengan Mbak Dina sebagai pemimpin lagu dan kami secara bergantian membacakan kutipan-kutipan Kitab Suci pada perhentian-perhentian yang kami lalui. Suasana pagi dengan udara yang begitu segar, di tengah hamparan pohon-pohon yang menghijau ditingkah cericit burung yang begitu gembira menyambut pagi juga suara gemericik air, mengiringi perjalanan Jalan Salib kami. Semua tampak kusyuk. Semua begitu khitmad mengikuti perhentian demi perhentian yang tersaji begitu hidup karena berupa patung-patung seukuran manusia yang menggambarkan adegan-adegan jalan salib.

Setelah mandi, makan pagi dan berfoto bersama di depan Gereja Pohsarang dengan suasana hati yang begitu gembira, kami melanjutkan perjalanan ke Telaga Sarangan. Di tempat ini kami menikmati suasana telaga (danau) dengan berbagai aktivitas. Ada yang menyewa speedboat. Ada yang menyewa kuda untuk mengelilingi telaga. Namun tak sedikit pula dari kami yang hanya berjalan-jalan sambil memilih oleh-oleh yang akan kami bawa pulang. Setelah berpuas diri di tempat ini, pukul 17.00 kami melanjutkan perjalanan kembali ke Semarang.

Proficiat untuk rekan-rekan yang telah mempersiapkan kegiatan Wisata Rohani ini. Terima kasih pula untuk semua saja yang telah menyempatkan diri mengikutinya. Semoga apa yang sudah kita lalui dan rasakan bersama sungguh memberikan kesegaran baru untuk pelayanan kita selanjutnya. Sekali lagi terima kasih. Berkah Dalem.

Minggu, 01 Februari 2009

Not For Less


Seorang wanita muda bernama Wei datang ke sebuah desa terpencil. Ia tergiur iming-iming uang 50 dollar dari pak Kepala Desa untuk menggantikan tugas pak Kao, mengajar anak-anak desa yang miskin. Sebelum pergi, pak Kao berpesan kepada Wei agar menjaga murid-muridnya jangan sampai berkurang lagi jumlahnya.

Wei tidak memiliki kemampuan apa-apa. Untuk menyanyi saja ia sering lupa. Setiap hari ia hanya menulis di papan tulis dan menyuruh murid-muridnya untuk menyalin pelajaran seperti yang sudah ditulisnya di papan tulis. Setelah itu ia keluar kelas dan tidak mempedulikan lagi murid-muridnya. Hingga suatu saat, ketika salah seorang muridnya (yang paling bandel) tidak masuk kelas karena harus pergi ke kota untuk bekerja, Wei tergerak hatinya. Ia teringat pesan pak Kao. Dengan segala upaya ia berusaha mencari uang untuk menyusul muridnya ke kota dan membawanya pulang kembali. Bersama murid-murid yang lain, Wei menjadi buruh angkut batu bata. Namun karena uang yang didapat hanya sedikit, Wei akhirnya nekat pergi ke kota dengan berjalan kaki.

Sampai di kota Wei sempat kebingungan mencari alamat muridnya tersebut. Ketika alamat itu ditemukan, kesulitan kembali menghadang Wei. Ternyata murid tersebut, telah menghilang pada hari pertama kedatangannya ke kota. Dengan segala upaya Wei berusaha mencari sang murid. Meminta tolong orang untuk mengumumkan di radio, menulis berlembar-lembar selebaran hingga pagi buta hingga kenekatannya untuk menemui seorang direktur tv. Semua dilakukannya dengan penuh kesungguhan dan keteguhan. Akhirnya sang direktur tergerak hatinya dan menjadikan Wei bintang tamu dalam acara ‘Pelangi Hidup’ untuk menceritakan keadaan pendidikan di desa. Semula Wei tidak bisa berkata-kata. Ia gugup. Dengan berlinang air mata, ia menceritakan semuanya sambil menitipkan pesan kepada sang murid untuk mau kembali ke desa. Dan kemudian semuanya berakhir bahagia. Guru Wei kembali menemukan muridnya yang hilang. Mereka bisa kembali ke desa dengan diiringi kru tv dan berbagai bantuan untuk sekolah di desa.

Demikian cerita film ‘Not For Less’ yang siang itu (1 Pebruari) ditonton oleh para pendamping PIA di pastoran lantai atas. Meski yang hadir hanya sedikit, tetapi tidak mengurangi kegembiraan dan kekompakan para pendamping yang hadir. Mereka begitu menikmati dan beberapa bahkan ada yang terharu menyaksikan perjuangan guru Wei.

Dari cerita film ini ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan bagi para pendamping khususnya yang berkaitan dengan kegiatan Pendampingan Iman Anak. Catatan-catatan tersebut antara lain:
• Bekerja dengan penuh kesungguhan, jujur dan bertanggung jawab.
• Mencintai dengan sungguh-sungguh.
• Berusaha sekuat tenaga walau apapun rintangan yang dihadapi

Nah, untuk rekan-rekan pendamping, selamat bekerja di ladang Tuhan. Mari kita dampingi adik-adik kita dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab. Mari kita bimbing mereka dalam kehangatan kasih. Dan mari kita hadapi bersama segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk bersekutu denganNya. Percayalah, walau kita tidak mempunyai bekal apa-apa, pasti Tuhan yang akan memampukan kita untuk saling memberi berkat dalam mewartakan ajaranNya.