Rabu, 31 Desember 2008

Ikut Yesus.... Siapa Takut?!

Pagi, 6 Juli 2008, begitu dingin. Jam di tangan menunjukkan pukul 06.30. Kak Ani dan kak Ana yang bertugas sebagai among tamu menyambut peserta misa akbar yang mulai berdatangan. Setiap perwakilan peserta kemudian mengisi daftar hadir dan mengambil buku panduan.

Sambil menunggu waktu dimulainya misa, bu Densia dan bu Sigit yang memandu acara mengajak peserta yang sudah hadir untuk menyanyi gembira. Warna-warni seragam dan atribut yang dikenakan semakin menambah semarak suasana. Selanjutnya ditampilkan pentas seni dari Paroki Kudus, Paroki Tanah Mas, Paroki Gedangan dan Paroki Pati.

Pukul 10.00 misa segera dimulai. Misa yang mengambil tema: “Ikut Yesus... Siapa Takut?!” diikuti oleh 21 paroki dan 4 stasi/gereja filial di wilayah Kevikepan Semarang dengan jumlah peserta kurang lebih 1000 orang (729 anak, 214 pendamping serta para orang tua). Misa dipimpin oleh Romo Julius Sukardi, Pr selaku Vikep Semarang dan Romo G. Tulus Sudarto, Pr selaku moderator PIA Kevikepan. Dalam misa ini, masing-masing paroki turut ambil bagian menjadi petugas. Ada yang bertugas untuk koor lagu pembuka, doa umat, petugas persembahan, koor lagu komuni, pembaca Kitab Suci, pembaca Mazmur dan lain-lain. Untuk Paroki Katedral sendiri mendapat tugas menyanyikan lagu penutup yang berjudul “Laskar Kristus”.

Selain itu ada tampilan visualisasi yang dibawakan oleh PIA Stasi Sampangan. Visualisasi ini menceritakan tentang kepolosan dan kerendahan hati seorang anak kecil yang mampu melepaskan diri dari belenggu kesombongan, egois, kesewenang-wenangan, untuk membantu sesama yang ditinggalkan.

Dalam homilinya yang dibawakan dengan menggunakan wayang dongeng, Romo Tulus mengajak para peserta untuk berkenalan dengan tokoh Ibu Maria, Yesus, Sinchan, Kucing Garong, Tikus dan Buaya. Dengan gaya kocak, lucu namun pasti, Romo Tulus menyampaikan pesan-pesannya. Menurut beliau, kalau kita ingin mengikuti Yesus, ada tiga jenis binatang yang harus dijauhi karena sifat-sifatnya. Pertama adalah Kucing Garong. Kucing Garong melambangkan sifat yang selalu mencari-cari kesempatan untuk mengambil hak orang lain (mencuri). Selain itu Kucing Garong sukanya berkelahi dan tidak mau akur dengan yang lain. Kedua adalah binatang Tikus. Tikus seringkali melambangkan sifat manusia yang doyan korupsi. Korupsi uang dengan menggerogoti apa yang bukan miliknya, korupsi waktu dengan menggunakan waktu secara salah misalnya; waktunya belajar malah dibuat untuk main game atau nonton film, waktu ikut misa malah ngobrol sendiri dengan teman. Ketiga adalah Buaya yang sukanya memangsa makhluk yang lebih lemah. Hal ini melambangkan sikap kesewenang-wenangan terhadap kaum yang lebih lemah. Inilah yang paling dibenci oleh Yesus karena itu hendaknya kita selalu saling mengasihi, saling mencintai dan saling tolong menolong satu dengan yang lain. Di akhir pesannya, Romo mengajak para peserta untuk menghafalkan Matius 11:28-29 yang berbunyi, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.

Misa diakhiri dengan Adorasi Tubuh Kristus. Bapak Prodiakon dengan mengusung sebuah monstrans besar diiringi Romo dan Putra Altar berkeliling di seputar area misa. Peserta pun tampak kusyuk mengikuti prosesi sambil tunduk hormat kepada Sakramen Maha Kudus.

Sebagai penutup keseluruhan acara, Romo Kardi dan Romo Tulus melepaskan burung-burung merpati sebagai tanda perutusan bagi peserta untuk mewartakan Kristus dalam kehidupan masing-masing, baik di lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, lingkungan, maupun paroki. Proficiat untuk seluruh peserta. Proficiat untuk paroki-paroki dan stasi yang turut terlibat dalam Misa Akbar ini. Semoga di lain kesempatan acara ini dapat dilaksanakan lagi dengan suasana dan semangat yang baru. Tuhan memberkati.
(anych)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar