Rabu, 31 Desember 2008

Natal Keluarga 2008


Sebuah TV berukuran super besar diusung ke depan altar. Kemudian seorang narator mulai menceritakan sebuah kisah. Maria mendapat kabar dari malaikat. Kegalauan Yusuf mengetahui Maria, tunangannya, yang ternyata sudah mengandung. Maria dan Yusuf mengikuti cacah jiwa. Maria dan Yusuf kesulitan mencari penginapan untuk Maria yang hendak melahirkan. Kelahiran Yesus di kandang domba. Gembala-gembala di padang mendapat kabar gembira dari malaikat yang memberitakan kelahiran Yesus. Kedatangan para gembala di hadapan bayi Yesus. Hingga kedatangan tiga raja yang membawa persembahan untuk bayi Yesus. Semuanya diceritakan secara runtut dan divisualisasikan oleh para pendamping PIA secara ‘apik’ dan menarik pada Misa Natal Keluarga yang diselenggarakan 25 Desember 2008.

Dalam homilinya, Romo Herman mencoba menawarkan sebuah pertanyaan, “Siapa yang mau menemani Yesus?” Serentak anak-anak yang hadir mengacungkan tangan. “Lho, kok hanya anak-anak, bapak-bapak dan ibunya mana?” lanjut Romo. Kelahiran Yesus membawa damai untuk semua orang. Maka hendaknya kita juga mau membagi damai itu untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Dan di akhir homilinya, Romo mengajak umat yang hadir untuk saling memberi salam dan membagi berkat bagi orang lain yang duduk di samping kiri, kanan dan belakang.

Setelah Misa selesai, perayaan natal dilanjutkan di gedung Sukasari. Di tempat ini, anak-anak diajak untuk bersama-sama menghias pohon natal yang terbuat dari sikat kamar mandi sambil ditemani alunan lagu dari kakak-kakak pendamping dan juga Santa Claus. Dan di akhir acara, anak-anak didampingi orangtua berbaris dengan rapi untuk menerima bingkisan natal.

Proficiat untuk kakak-kakak pendamping yang sudah mempersiapkan acara dengan baik. Semoga Natal tahun ini sungguh memberi berkat dan menjadi sumber kekuatan untuk semakin meningkatkan pelayanan di tahun yang akan datang.

Perayaan Ekaristi Syukur 80 th Gereja Katedral dan Pesta Umat

Perayaan Ekaristi Syukur 80 th Gereja Katedral yang dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Oktober pk. 08.00 terlihat semarak dan meriah. Perayaan Ekaristi dipimpin secara konselebran oleh Vikjen KAS, Romo Riana Prapdi dan seluruh romo komunitas pastoran yaitu Romo Sukendar, Romo Sugiyana, Romo Herman, Romo Kristiyanto dan Romo Edy.

Perayaan Ekaristi diawali dengan visualisasi sejarah paroki yang dibawakan secara ‘apik’ oleh adik-adik PIA Katedral. Mereka memperagakan perjalanan paroki ini hingga usia yang ke-80. Ada yang berperan sebagai romo, rakyat jelata, pemborong bangunan, arsitek, tentara Jepang, petugas P3K, penari jawa, penari betawi, penari Jepang dan masih banyak lagi. Meski berlangsung hampir satu jam, umat sangat antusias menyaksikan visualisasi ini terbukti dengan tepuk tangan yang sering kali terdengar. Terlebih ketika ada beberapa adegan lucu yang secara tidak sengaja terjadi, misal: ketika konde salah satu penari terjatuh atau tentara Jepang yang jatuh ‘beneran’ dari atas panggung.

Sebelum berkat penutup diadakan acara potong tumpeng oleh Romo Riana Prapdi yang diberikan kepada wakil Dewan Paroki, Bp. GM. Siranto kemudian Romo Sukendar diberikan kepada Ketua Panitia Ulang Tahun Gereja, Sdr. Kokok dan Romo Sugiyana yang diberikan kepada wakil umat, Bp. Djemono.

Mengawali pesta umat diadakan acara pelepasan 80 burung pipit oleh para romo. Hal ini untuk menandakan usia 80 th yang kini telah ditapaki oleh gereja ini. Setelah itu umat segera menyerbu ‘nasi ayam’ yang sudah disediakan. Disamping itu juga telah dipersiapkan beragam acara oleh panitia untuk mengiringi pesta umat yaitu: solo organ, tari Panji Semirang, Poco-Poco dari ibu-ibu wilayah, drama dari Kaum Muda Sampangan dan acara bagi-bagi doorprize.

Selamat ulang tahun Gereja Katedral. Selamat menapaki semangat baru untuk semakin berkembang dari, oleh dan untuk seluruh umat. Proficiat kepada seluruh panitia. Semoga usaha yang telah dan sudah kita laksanakan ini sungguh mendewasakan kita dalam iman dan perbuatan. Amin.

Gembira & Bernyanyilah


Itulah tema yang dipakai dalam Lomba Paduan Suara Anak dan Remaja Se-Kevikepan Semarang yang dilaksanakan pada tanggal 21 September di Gereja Katedral. Tema ini ingin mengajak peserta lomba dan penonton untuk bergembira bersama dengan bernyanyi/melantunkan pujian bagi kemuliaan Tuhan.

Lomba dibagi dalam dua kategori yaitu anak dan remaja. Kategori Anak diikuti oleh 8 peserta yaitu: George Choir dari Paroki Materdei, Titi Nada C dari Paroki Katedral, Bosco Voice dari Paroki Karangpanas, St. Yoh. Evangelista dari Paroki Kudus, PIA St. Theresia Bongsari dari Paroki Bongsari, Kuncup Ignatius dari Stasi Krapyak Paroki Bongsari, PIA Sampangan dari wilayah Sampangan Paroki Katedral dan PSMF Junior dari Paroki Banyumanik. Untuk Kategori Remaja diikuti oleh 6 peserta yaitu: St. Yoh. Evangelista dari Paroki Kudus, Kuncup Ignatius dari Stasi Krapyak Paroki Bongsari, PIR St. Theresia Bongsari dari Paroki Bongsari, Vox Liberorum dari Paroki Purwodadi, Gracioso dari Paroki Katedral dan PSMF Junior dari Paroki Banyumanik.

Tepat pukul 11.10 lomba dimulai. Diawali dari peserta Kategori Anak dan kemudian peserta Kategori Remaja. Masing-masing peserta tampak bernyanyi dengan sungguh-sungguh. Menampilkan segala kemampuan olah vokal dan olah gerak untuk memberikan yang terbaik bagi para penonton dan dewan juri.

Pukul 14.30 tibalah saat yang ditunggu-tunggu oleh para peserta yaitu pengumuman pemenang lomba. Sebelum mengumumkan pemenang untuk masing-masing kategori, Dewan Juri yang terdiri dari Bp. Agastya Rama Listya, Bp. Wahyu Purnomo, dan Ibu Dra. Margarisje Lucij Elisabeth Makikui, M.Hum, berkenan memberikan kritik dan saran untuk seluruh peserta. Dan yang menjadi pemenang untuk lomba kali ini adalah: Kategori Anak; Bosco Voice sebagai Juara I, Kuncup Ignatius sebagai Juara II, PSMF Junior Juara III dan George Choir sebagai Juara Harapan. Untuk Kategori Remaja: Juara I Kuncup Ignatius, Juara II PIR St. Theresia Bongsari, Juara III St. Yoh. Evangelista, dan Juara Harapan PSMF Junior.

Proficiat kepada para pemenang. Proficiat kepada seluruh panitia. Semoga lomba ini dapat dilaksanakan lagi di tahun mendatang dengan jumlah peserta dan penonton yang lebih banyak. Marilah kita terus bergembira dan melambungkan pujian bagi kemuliaan Tuhan. Amin.

Ikut Yesus.... Siapa Takut?!

Pagi, 6 Juli 2008, begitu dingin. Jam di tangan menunjukkan pukul 06.30. Kak Ani dan kak Ana yang bertugas sebagai among tamu menyambut peserta misa akbar yang mulai berdatangan. Setiap perwakilan peserta kemudian mengisi daftar hadir dan mengambil buku panduan.

Sambil menunggu waktu dimulainya misa, bu Densia dan bu Sigit yang memandu acara mengajak peserta yang sudah hadir untuk menyanyi gembira. Warna-warni seragam dan atribut yang dikenakan semakin menambah semarak suasana. Selanjutnya ditampilkan pentas seni dari Paroki Kudus, Paroki Tanah Mas, Paroki Gedangan dan Paroki Pati.

Pukul 10.00 misa segera dimulai. Misa yang mengambil tema: “Ikut Yesus... Siapa Takut?!” diikuti oleh 21 paroki dan 4 stasi/gereja filial di wilayah Kevikepan Semarang dengan jumlah peserta kurang lebih 1000 orang (729 anak, 214 pendamping serta para orang tua). Misa dipimpin oleh Romo Julius Sukardi, Pr selaku Vikep Semarang dan Romo G. Tulus Sudarto, Pr selaku moderator PIA Kevikepan. Dalam misa ini, masing-masing paroki turut ambil bagian menjadi petugas. Ada yang bertugas untuk koor lagu pembuka, doa umat, petugas persembahan, koor lagu komuni, pembaca Kitab Suci, pembaca Mazmur dan lain-lain. Untuk Paroki Katedral sendiri mendapat tugas menyanyikan lagu penutup yang berjudul “Laskar Kristus”.

Selain itu ada tampilan visualisasi yang dibawakan oleh PIA Stasi Sampangan. Visualisasi ini menceritakan tentang kepolosan dan kerendahan hati seorang anak kecil yang mampu melepaskan diri dari belenggu kesombongan, egois, kesewenang-wenangan, untuk membantu sesama yang ditinggalkan.

Dalam homilinya yang dibawakan dengan menggunakan wayang dongeng, Romo Tulus mengajak para peserta untuk berkenalan dengan tokoh Ibu Maria, Yesus, Sinchan, Kucing Garong, Tikus dan Buaya. Dengan gaya kocak, lucu namun pasti, Romo Tulus menyampaikan pesan-pesannya. Menurut beliau, kalau kita ingin mengikuti Yesus, ada tiga jenis binatang yang harus dijauhi karena sifat-sifatnya. Pertama adalah Kucing Garong. Kucing Garong melambangkan sifat yang selalu mencari-cari kesempatan untuk mengambil hak orang lain (mencuri). Selain itu Kucing Garong sukanya berkelahi dan tidak mau akur dengan yang lain. Kedua adalah binatang Tikus. Tikus seringkali melambangkan sifat manusia yang doyan korupsi. Korupsi uang dengan menggerogoti apa yang bukan miliknya, korupsi waktu dengan menggunakan waktu secara salah misalnya; waktunya belajar malah dibuat untuk main game atau nonton film, waktu ikut misa malah ngobrol sendiri dengan teman. Ketiga adalah Buaya yang sukanya memangsa makhluk yang lebih lemah. Hal ini melambangkan sikap kesewenang-wenangan terhadap kaum yang lebih lemah. Inilah yang paling dibenci oleh Yesus karena itu hendaknya kita selalu saling mengasihi, saling mencintai dan saling tolong menolong satu dengan yang lain. Di akhir pesannya, Romo mengajak para peserta untuk menghafalkan Matius 11:28-29 yang berbunyi, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.

Misa diakhiri dengan Adorasi Tubuh Kristus. Bapak Prodiakon dengan mengusung sebuah monstrans besar diiringi Romo dan Putra Altar berkeliling di seputar area misa. Peserta pun tampak kusyuk mengikuti prosesi sambil tunduk hormat kepada Sakramen Maha Kudus.

Sebagai penutup keseluruhan acara, Romo Kardi dan Romo Tulus melepaskan burung-burung merpati sebagai tanda perutusan bagi peserta untuk mewartakan Kristus dalam kehidupan masing-masing, baik di lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, lingkungan, maupun paroki. Proficiat untuk seluruh peserta. Proficiat untuk paroki-paroki dan stasi yang turut terlibat dalam Misa Akbar ini. Semoga di lain kesempatan acara ini dapat dilaksanakan lagi dengan suasana dan semangat yang baru. Tuhan memberkati.
(anych)

Bibe-Bibe Aye-Aye


Minggu ke-5 di bulan Juni tepatnya tgl. 29 Juni, anak-anak dan remaja kembali bertugas untuk ambil bagian terlibat dalam Perayaan Ekaristi khususnya untuk koor dan doa umat. Lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang biasa didengar sehingga anak-anak dan remaja hanya beberapa kali latihan saja sudah bisa menguasai.

Dalam homilinya, Romo Herman berpesan agar kita dapat berlaku seperti halnya Petrus yang selalu mengakui Yesus dalam kehidupannya. Meski di dalam suka dan duka, senang maupun sengsara, kita harus selalu mencintai Yesus, karena berkat pengorbanan-Nya kita sudah terbebas dari dosa. Romo pun mengajak umat untuk bernyanyi, demikian lagunya:

Bibe-bibe aye-aye
Biar beda asal Yesus
Tuhan Yesus sangat ingin
Semangat kita menyala
Biar susah dan sengsara
Namun tidak putus asa


Hal yang mengejutkan dan menggelikan adalah pada saat menyanyikan lagu komuni. Meski tidak hapal lagunya tapi pede aje kali… yang penting bibe-bibe aye-aye.

Oh ya, untuk kali ini petugas yang menjadi dirigen ada beberapa orang lho. Ada kak Ningsih, kak Ninik, kak Dina, dik Diva, dik Sari, dik Ina sedangkan untuk doa umat yang bertugas dik Adel dan untuk mazmurnya kak Cyntia. Nah, untuk adik-adik yang lain rajin datang ke sekolah minggu ya, siapa tahu selanjutnya adalah giliranmu. Ayo kita berlomba-lomba memberikan yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Kakak tunggu ya...
(anych)

Festival Lagu Anak Ayo Puji Tuhan


Bersama anak dan remaja Ayo Puji Tuhan
Aula SMU Don Bosco menjadi saksi bisu meriahnya festival lagu anak ‘Ayo Puji Tuhan’, Minggu, 18 Mei. Acara tersebut dimulai pukul 10.00 dengan diikuti PIA-PIR dari paroki Ungaran, paroki Karangpanas, paroki Banyumanik, paroki Demak, paroki St. Paulus Miki Salatiga, paroki St Yusup Gedangan, paroki Katedral serta stasi Sampangan. Penampilan mereka sangat bervariasi dan menunjukkan kreativitas dari kelompoknya. Ada yang menggunakan seragam kotak-kotak, seragam kaos PIA paroki, seragam kaos bertema kartun, seragam sekolah TK, dan yang paling unik adalah kreativitas dari PIA-PIR Paroki Katedral yaitu mengangkat tema ‘ubah sampah jadi berkat’. Pakaian seragam sederhana yang terdiri dari kaos hitam ditambah pernak-pernik yang menarik berupa rompi dari koran dengan tempelan ornamen potongan bungkus plastik bekas sebagai pelapis bagian luar serta topi ala pesulap dipakai oleh para cowok berbahan busa tipis dengan hiasan daun sementara para cewek menggunakan topi model noni belanda dengan bahan dasar busa serta hiasan bunga dan pita. Meski dari bahan-bahan bekas namun ternyata mampu diubah sedemikian rupa menjadi sesuatu yang menarik yang dapat dikenakan oleh anak-anak dan remaja.

Masing-masing paroki menyanyikan 2 lagu yang berbeda dari buku Ayo Puji Tuhan. Paroki Katedral mendapat 2 lagu antar bacaan yaitu Lagu Ajarilah Kami dan Lagu SabdaMu Ya Bapa. Beberapa paroki lain menggunakan gerakan ketika bernyanyi, sedangkan dari paroki Katedral tidak menggunakan gerakan namun lagu-lagu tersebut diaransemen ulang oleh Mbak Lenny dengan gaya khas anak-anak.

Pertama kali latihan persiapan festival, para pendamping PIA-PIR sempat merasa ragu untuk mengikuti festival ini karena jadwal persiapan festival tersebut bersamaan dengan ujian sekolah ataupun ujian negara anak-anak SD hingga SMU. Akhirnya, dengan bersusah payah selama 1 minggu penuh sebelum festival diselenggarakan, anak-anak dan para remaja di tengah kesibukan belajar, dengan penuh semangat latihan bersama Mbak Lenny dan Mbak Anas untuk mengikuti festival Ayo Puji Tuhan. Tak hanya anak-anak dan remaja yang sibuk, para pendamping PIA-PIR pun ikut sibuk mempersiapkan kostum serta penampilan dari peserta festival. Setiap malam setelah latihan selama seminggu tersebut, para pendamping ‘lembur’ membuat topi dan rompi. Usaha tersebut terasa ringan karena para pendamping dan anak-anak kompak dalam mempersiapkan keseluruhan festival tersebut.

Sabtu, 17 Mei, merupakan malam terakhir persiapan festival tersebut. Pada latihan terakhir ini suara anak-anak tidak keluar secara maksimal, bahkan masih ada beberapa anak yang lupa liriknya. Namun, dengan semangat dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya anak-anak yang terdiri dari Aning, Winda, Diva, Septin, Agnes, Adel, Lia, Luci, Vinda, Gricia, Nia, Oki, Ari, Ade, Edo, Ipung, Alvin, Henry, Rico, Seno dan Dina.sebagai dirigen, terus berlatih untuk memberikan penampilan yang terbaik.

PIA-PIR Paroki Katedral menjadi Juara Umum Terfavorit
Pagi harinya pukul 07.30, anak-anak sudah berkumpul di Gereja Katedral untuk bersama-sama berangkat ke Don Bosco. Rencana keberangkatan pukul 08.00 menjadi mundur karena terjadi beberapa hal yang tidak diinginkan. Akhirnya, pukul 08.45 kami baru berangkat ke Don Bosco. Setibanya di sana ternyata sudah banyak anak yang hadir. Acara yang terselenggara berkat kerjasama Tim Liturgi Kevikepan Semarang dengan Penerbit Kanisius ini baru dimulai pukul 10.00. Sebelum bernyanyi, para perwakilan peserta festival mengambil nomor undian dan paroki Katedral mendapat undian no 4. Para komentator yang terdiri dari Pak Warno (perwakilan penerbit Kanisius), Ibu Titik (perwakilan Tim Liturgi Kevikepan Semarang) serta Nugrahastu (perwakilan pendamping) memuji setiap penampilan anak-anak dari masing-masing paroki. “Keceriaan, semangat yang menjadi ciri dari anak-anak membuat lagu-lagu liturgi ini menjadi semakin hidup”, ujar ibu titik ketika mengomentari salah satu penampilan peserta festival.

Pukul 12.30, menjadi detik-detik yang menegangkan karena pengumuman pemenang akan segera dimulai. Penilaian selain dari komentator, juga berasal dari Romo Sugiyana selaku Ketua Panitia, dan dari masing-masing paroki. Para pemenangnya adalah: Juara III Favorit dari PIA-PIR Paroki St. Paulus Miki Salatiga (nilai 12 poin), Juara II Favorit dari PIA-PIR Paroki Ungaran (nilai 16 poin), Juara I Favorit dari PIA-PIR Paroki Banyumanik (nilai 24 poin), dan Juara Umum Terfavorit dari PIA-PIR Paroki Katedral (nilai 32 poin). Hasil tersebut cukup membanggakan mengingat perjuangan dari anak-anak dan para remaja serta para pendamping dalam mempersiapkan festival tersebut. “Semoga dengan adanya acara ini mampu menjadi wadah kreativitas anak dan remaja di Kevikepan Semarang serta mampu mengenalkan musik dan lagu-lagu liturgi yang bercirikan anak-anak, sehingga kita semua perlu mendukung dan ambil bagian dalam misa anak untuk menggunakan buku lagu Ayo Puji Tuhan,” kata Romo Sugiyana saat membagikan hadiah bagi para pemenang. Semoga harapan ini berakar pada diri masing-masing anak-anak di Kevikepan Semarang khususnya serta anak-anak di Keuskupan Agung Semarang pada umumnya untuk senantiasa memuji Tuhan.
(yosie)

Pekan Suci 2008


Pekan Suci 2008 menjadi sesuatu yang baru bagi PIA dan PIR. Pada Jumat Agung mereka diberi kesempatan untuk menampilkan visualisasi Jalan Salib ala PIA dan PIR. Meski hanya berlatih beberapa kali dan kerap ‘bolong-bolong’ karena pemain tidak komplit, mereka tetap berusaha menampilkan visualisasi dengan baik. “Ri, nanti kalo pas mukul yang beneran ya,” kata Ade yang berperan sebagai Yesus kepada Ari, temannya yang memerankan tentara Romawi.

Saat visualisasi berlangsung, banyak umat yang merasa tersentuh dengan penampilan PIA dan PIR. Mereka dengan setia mengikuti dari satu perhentian ke perhentian, peristiwa ke peristiwa, dengan tekun dan khidmat. Yesus diadili di hadapan Pilatus. Yesus didera, dicambuk dan dipukuli. Yesus jatuh di bawah salib. Yesus bertemu dengan ibunya. Yesus bertemu dengan wanita-wanita yang menangis. Wajah Yesus diusap oleh Veronika. Yesus ditolong Simon dari Kirine. Yesus dipaku di kayu salib. Yesus wafat di kayu salib. Hingga pemakaman Yesus. Beberapa nampak meneteskan air mata, terharu melihat beratnya beban yang harus ditanggung Yesus.

Dari para pemeran sendiri ternyata menghadapi satu tantangan yang berat saat melakukan visualisasi. Mereka harus berjibaku dengan ‘ulat-ulat’ pohon pinus yang banyak bergelantungan. Tak ayal beberapa pemeran harus menjadi korban. Tubuh mereka gatal-gatal dan ‘bentol-bentol’ tak karuan. Namun ternyata hal itu tidak mengurangi kegembiraan yang mereka rasakan. Kegembiraan karena sudah memberikan yang terbaik untuk umat.

Hari minggunya, 23 Maret 2008, Misa Paskah Keluarga dilaksanakan pukul 08.30. Diawali perarakan putra altar, pemeran visualisasi, prodiakon, lektor serta Romo Herman didampingi Frater D. Sukristiono. Sesampai di pintu utama gereja dinyalakan sebatang lilin paskah besar, yang kemudian dibawa memasuki gereja dan diletakkan di altar.

Visualisasi Paskah kali ini tidak menceritakan kisah sengsara Yesus hingga wafat dan kebangkitannya melainkan cerita tentang upaya pelestarian alam sesuai tema Paskah 2008. Ada yang memerankan pohon dan bunga-bunga. Ada juga yang berperan sebagai monyet. Sementara beberapa yang lain memerankan para penebang pohon.

Setelah Misa di gereja selesai, perayaan Paskah dilanjutkan di aula SMP Domenico Savio. Inti perayaan adalah bersama-sama menghias telur paskah yang nantinya akan ditukar satu dengan yang lain. Dengan tidak sabar, anak-anak yang hadir segera berebut telur dan bahan-bahan hiasan. Mereka ingin cepat-cepat menghias telur dan menikmati hasilnya.

Tak terasa hari sudah beranjak siang. Tanpa membuang waktu, panitia segera menutup acara Perayaan Paskah. Setelah doa penutup oleh Romo Herman, acara ditutup dengan pembagian bingkisan dan telur paskah untuk anak-anak.

Selasa, 30 Desember 2008

Rekoleksi Pendamping PIA dan PIR


Mari kita kerjasama, kerjasama, kerjasama
Mari kita kerjasama senang di hati....


Nyanyian di atas dilantunkan dengan penuh semangat oleh para pendamping PIA dan PIR mengawali Rekoleksi Pendamping PIA dan PIR Paroki Katedral Semarang yang diadakan pada tanggal 26-27 Januari di Jl. Merapi 20. Mereka bernyanyi sambil bergandengan tangan, saling berebut mencari teman untuk diajak bekerjasama dan bergembira.

Rekoleksi mengambil tema “Pakailah Aku Sebagai Alatmu Untuk Bekerja di Ladang-Mu” dan diadakan sebagai kegiatan untuk mengawali Tahun Anak dan Remaja. Tujuannya selain untuk menghidupkan kembali kegiatan PIA dan PIR di tiap lingkungan juga untuk kaderisasi pendamping PIA dan PIR.

Mengawali session I, Pak Partugi mengajak para pendamping yang hadir untuk saling tukar pengalaman tentang pendampingan PIA dan PIR di lingkungan atau wilayah masing-masing mengenai hambatan, kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Dari wilayah MATIUS dikemukakan bahwa kegiatan PIA sudah mulai dirintis oleh Kaum Muda tetapi seringkali masih kesulitan dalam hal bahan dan bentuk kegiatan apa yang akan dilakukan. Di wilayah MARKUS, PIR yang datang sedikit meskipun sudah menyebar undangan. Untuk kegiatan PIA ada, dengan para pendamping yang masih baru, yang hanya bermodal ‘nekat’. Di wilayah LUKAS karena PIR hanya sedikit, untuk pertemuan digabung dengan wilayah MATIUS dan YOHANES. Untuk PIA di wilayah tidak ada tetapi hanya ada di lingkungan Pekunden Utara dan Bedagan. Di wilayah YOHANES, kegiatan PIA yang cukup aktif ada di lingkungan Ngaglik dan rencananya mulai bulan Pebruari, PIA juga akan mulai dirintis kembali di lingkungan Lempongsari. Untuk wilayah MARIA FATIMA, kegiatan PIA dan PIR berjalan dengan baik. Satu hal yang sedikit beda dengan PIR di wilayah ini adalah namanya yang khusus yaitu REMA atau Remaja Maria Fatima.

Dalam Tahun Anak dan Remaja ini tema yang diangkat adalah “Melibatkan Anak dan Remaja untuk pengembangan Umat”. Satu pertanyaan yang kemudian timbul: apakah anak-anak dan remaja saat ini sungguh-sungguh sudah terlibat dalam pengembangan umat? Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama terutama bagi para pendamping. Di tengah zaman dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat memberi dampak yang besar bagi anak dan remaja. Ada dampak positif tetapi tidak sedikit pula dampak negatifnya. Sebagai pendamping kita harus bisa memberi contoh tentang perilaku dan kegiatan yang positif. Kegiatan doa bersama, ajaran tentang iman dan mengajak anak dan remaja untuk terlibat dalam kegiatan kerohanian di lingkungan menjadi salah satu contohnya.

Setelah uraian panjang lebar dari Pak Partugi, Frater Sukristiono, Romo Herman, Sulis dari PIA wilayah Lukas, Any sebagai koordinator PIA Paroki dan Yosie koordinator PIR Paroki, kegiatan malam itu diakhiri dengan renungan bersama yang dipimpin oleh Frater Gemilau. Dalam renungan ini para pembina diajak untuk memandang sebatang lilin yang menyala dan kemudian merasakan ‘tetesannya’. Sebagai akhir renungan diputarkan slide tentang Yesus yang memberi salib untuk kita. Salib yang harus kita pertahankan dalam suka duka, jatuh bangun perjalanan hidup kita, menanti, Dia yang kembali untuk mengambil salib itu.

Pagi hari, setelah mandi dan makan pagi, para pendamping dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing 2 kelompok berkompetisi dalam OUTBOUND yang dibagi dalam 3 permainan yaitu SPIDER WEB, BOTOL dan BONEKA SAPI dan JAMAN EDAN. Dalam SPIDER WEB, tiap kelompok diajak untuk semakin mendalami pentingnya berkorban bagi orang lain dan arti kerjasama. BOTOL dan BONEKA SAPI mengajarkan kita untuk sabar, tekun dan sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Dalam JAMAN EDAN kita diajak untuk belajar tentang pentingnya saling berkomunikasi secara benar dan percaya kepada orang lain.

Setelah OUTBOUND, keseluruhan acara diakhiri dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Herman. Perayaan Ekaristi dikemas dalam gaya anak dan remaja dengan gerak lagu dari para pendamping di dalam kelompok. Dalam homilinya, Rm. Herman mengajak para pendamping untuk berlaku seperti para nelayan di danau Galilea yang mengikuti ajakan Yesus. Karena kita juga sudah dipanggil oleh Yesus dan secara khusus kita diharapkan juga bisa menjala manusia melalui diri anak-anak dan remaja yang ada di sekeliling kita. Jangan merasa kecil hati, takut atau ragu kalau merasa tidak memiliki kemampuan karena kita bisa mulai dari yang kecil, sederhana dan percayalah bahwa Tuhan sendiri akan menyempurnakannya.

Proficiat untuk para pendamping PIA dan PIR yang ikut dalam rekoleksi. Semoga kita tidak hanya berhenti di sini saja tetapi mau secara aktif dan terus terlibat dalam pendampingan kegiatan PIA dan PIR di lingkungan masing-masing. Semoga berkat Tuhan melimpah untuk kita semua, sekarang dan selamanya. Amin.